Pengikut

About Me

Foto Saya
Apprilia Anggraeni
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

KONSTANTINOPEL


Sumber : Wikipedia
KONSTANTINOPEL
Konstantinopel didirikan oleh Kaisar Romawi Konstantinus I di atas situs sebuah kota yang sudah ada sebelumnya, Bizantium, yang didirikan pada permulaan masa ekspansi kolonial Yunani, kemungkinan besar sekitar 671-662 SM. Situs ini terletak di jalur darat dari Eropa ke Asia, dan jalur laut dari Laut Hitam ke Laut Mediterania, serta memiliki sebuah pelabuhan yang besar dan masyhur di Tanduk Emas.
http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png
Kaisar Konstantinus I mempersembahkan kota Konstantinopel kepada Maria dan Kanak-Kanak Yesus dalam sebuah mosaik Gereja Hagia Sophia, sekitar tahun 1000
http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png
Koin yang dikeluarkan Konstantinus I untuk memperingati pendirian Konstantinopel
Konstantinus memiliki rencana-rencana besar dalam segala bidang. Setelah memulihkan kesatuan kekaisaran, dan karena sedang melakukan reformasi besar dalam pemerintahan serta mensponsori konsolidasi masyarakat Kristen, dia sungguh-sungguh sadar akan keterbatasan Roma sebagai sebuah ibu kota. Roma terlalu jauh dari garis-garis perbatasan, dan oleh karena itu jauh pula dari angkatan bersenjata dan dewan kekaisaran. Roma tidak diminati sebagai lahan bermain bagi para politisi yang berseberangan dengan pemerintah. Tetapi Roma telah menjadi ibu kota negara selama seribu tahun, dan tampak tak terpikirkan untuk memindahkan ibu kota ke tempat lain. Meskipun demikian, Konstantinus melihat Bizantium sebagi lokasi yang tepat: tempat seorang kaisar dapat bertahta, memiliki pertahanan yang matang, dan memiliki kemudahan akses ke perbatasan Danube maupun Efrat, dewan kekaisaran memperoleh suplai dari kebun-kebun yang subur dan bengkel-bengkel yang canggih di Asia, perbendaharaannya diisi oleh provinsi-provinsi termakmur dalam kekaisaran.
Konstantinopel dibangun selama enam tahun, dan diresmikan pada 11 Mei 330.[7] Konstantinus membagi kota yang diperluas itu, seperti Roma, menjadi 14 kawasan, dan mendandaninya dengan fasilitas-fasilitas umum yang layak bagi sebuah metropolis kekaisaran.[8] Akan tetapi, mula-mula, Roma baru Konstantinus tidak memiliki semua kemuliaan Roma lama. Kota ini memiliki seorang proconsul, bukannya seorang prefek urban. Tidak memiliki praetor, tribun, ataupun quaestor. Meskipun memiliki senator-senator, mereka hanya begelar clarus, bukan clarissimus, seperti di Roma. Konstantinopel juga tidak memiliki jajaran administratif yang mengatur suplai pangan, polisi, patung-patung, kuil-kuil, saluran-saluran pembuangan, saluran-saluran air bersih, atau fasilitas-fasilitas umum lainnya. Program baru pembangunan diselenggarakan dengan tergesa-gesa: Pilar-pilar, pualam-pualam, daun-daun pintu, dan ubin-ubin dipindahkan dari kuil-kuil kekaisaran ke kota baru itu. Dengan cara yang sama, banyak karya seni yunani dan Romawi segera terlihat di alun-alun dan jalan-jalan. Kaisar mendorong pendirian bangunan-bangunan pribadi dengan cara menjanjikan kepada para pemilik bangunan hadiah lahan dari tanah negara di Asiana dan Pontica, dan pada 18 Mei 332 dia mengumumkan bahwa, sebagaimana halnya di Roma, bahan pangan akan disalurkan secara cuma-cuma kepada warga kota. Konon saat itu jumlahnya mencapai 80.000 ransum sehari, disalurkan dari 117 titik distribusi di seluruh kota.[9]
Konstantinus membuka alun-alun baru di pusat kota tua Bizantium, menamakannya Augustaeum. Dewan senat (atau Curia) yang baru ditempatkan di sebuah basilika di sebelah timur alun-alun. Di sebelah selatannya berdiri istana agung kaisar dengan gerbangnya yang megah, Chalke, dan aula upacaranya yang dikenal sebagai Istana Daphne. Tak jauh dari situ terdapat Hippodromos, tempat pacuan kuda yang mampu menampung 80.000 penonton, dan pemandian Zeuxippus yang terkenal. Di sisi barat Augustaeum berdiri Milion, sebuah monumen berlengkung, titik awal untuk mengukur jarak ke seluruh Kekaisaran Romawi Timur.
Dari Augustaeum terbentang sebuah jalan raya, Mese (bahasa Yunani: Μέση [Οδός], secara harfiah berarti "[Jalan] Tengah"), dipagari jajaran pilar. Karena membentang turun dari bukit pertama dan naik ke bukit kedua, jalan ini melintasi sisi kiri Praetorium atau Gedung Kehakiman. Kemudian melintasi Forum Konstantinus yang berbentuk oval tempat dewan senat kedua dan sebuah pilar tinggi yang dipuncaknya tegak sebuah arca Konstantinus dalam rupa Helios, bermahkota sebuah lingkaran suci dengan tujuh berkas sinar dan menghadap ke arah matahari terbit. Dari sana Mese melintasi Forum Taurus, kemudian Forum Bous, dan akhirnya naik ke bukit ketujuh (atau Xerolophus) melewati Gapura Kencana di Tembok Konstantinus. Setelah pendirian Tembok Theodosius pada abad ke-5, Mese diperpanjang sampai ke Gapura Kencana yang baru. Panjang keseluruhannya mencapai tujuh Mil Romawi.[10]

Theodosius I adalah Kaisar Romawi terakhir yang memerintah Keaisaran Romawi yang utuh (detail dari Obelisk di Hippodromos Konstantinopel
Prefek Kota Konstantinopel pertama yang diketahui adalah Honoratus, yang menjabat sejak 11 Desember 359 sampai 361. Kaisar Valens membangun Istana Hebdomon di tepian Propontis dekat Gapura Kencana, kemungkinan besar untuk digunakan pada saat pemeriksaan pasukan. Semua kaisar sampai dengan Zeno dan Basiliscus dinobatkan dan diumumkan di Hebdomon. Theodosius I membangun Gereja Yohanes Pembaptis sebagai tempat penyimpanan tengkorak orang suci itu (sekarang disimpan di Istana Topkapı di Istanbul, Turki), mendirikan sebuah tugu peringatan atas dirinya di Forum Taurus, dan merombak reruntuhan kuil Aphrodite untuk dijadikan sebuah gudang kereta Prefek Pretoria; Arcadius membangun sebuah Forum baru yang dinamakan menurut namanya sendiri di Mese, dekat tembok-tembok Konstantinus.
Pengaruh Konstantinopel lambat-laun meredup. Setelah diguncang oleh Pertempuran Adrianopel pada 378, di mana Kaisar Valens beserta pasukan-pasukan Romawi terbaik dihancurkan oleh kaum Visigoth hanya dalam beberapa hari saja, Konstantinopel mulai memperhatikan pertahanannya, dan Theodosius II membangun Tiga Lapis Tembok Pertahanan setinggi 18 Meter (60 Kaki) pada 413-414, yang tak dapat ditembus sampai munculnya bubuk mesiu. Theodosius juga membangun sebuah Universitas dekat Forum Taurus, pada 27 Februari 425.
Sekitar periode ini, Uldin, seorang pemimpin kaum Hun, muncul di Danube dan bergerak maju ke Thrace, namun dia dikhianati oleh banyak pengikutnya, yang menyeberang ke pihak Romawi dan memukul mundur raja mereka kembali ke utara sungai itu. Karena kejadian ini, tembok-tembok baru didirikan untuk mempertahankan Konstantinopel, dan armada di Danube ditingkatkan.
Sementara itu, kaum Barbar menguasai Kekaisaran Romawi Barat: Kaisarnya lari ke Ravenna, dan kerajaannya binasa. Setelah peristiwa ini, Konstantinopel benar-benar menjadi kota terbesar di Kekaisaran Romawi sekaligus di dunia. Kaisar-kaisar tidak lagi mondar-mandir dari satu ibu kota dan istana ke ibu kota dan istana lainnya. Mereka berdiam di istananya dalam kota besar itu, dan mengutus jenderal-jenderal untuk memimpin bala tentara mereka. Kemakmuran Mediterania Timur dan Asia Barat mengalir masuk ke Konstantinopel.


Peta Konstantinopel (1422) karya Kartografer asal Firenze Cristoforo Buondelmonti[11] adalah peta Konstantinopel tertua yang masih ada, dan satu-satunya peta yang berasal dari masa sebelum kota itu ditaklukkan bangsa Turki pada 1453
Kaisar Yustinianus I (527–565) termasyur berkat kemenangan-kemenangannya dalam peperangan, reformasi-reformasi hukumnya, dan karya-karya pembangunannya. Dari Konstantinopellah armada ekspedisinya bertolak untuk merebut kembali bekas Keuskupan Afrika pada atau sekitar 21 Juni 533. Sebelum bertolak, kapal Komandan Belisarius berlabuh di depan istana kekaisaran, dan Patriark memimpin doa demi keberhasilan armada. Setelah memenangkan pertempuran pada 534, harta-benda Bait Allah Yerusalem yang dijarah pasukan Romawi pada 70 Masehi dan yang kemudian dibawa ke Kartago oleh kaum Vandal setelah menjarah Roma pada 455, dibawa kembali ke Konstantinopel dan disimpan di sana selama beberapa waktu, mungkin saja di dalam Gereja St. Polyeuctus, sebelum akhirnya dikembalikan kepada Yerusalem di Gereja Kebangkitan atau Gereja Baru.[12]
Lomba balap kereta sangat digemari di Roma selama berabad-abad. Di Konstantinopel, hippodromos makin lama makin meningkat reputasinya sebagai tempat berpolitik. Di sanalah (sebagai bayangan yang silam dari pemilihan umum di Roma lama) rakyat secara aklamasi menunjukkan persetujuan mereka atas seorang kaisar baru, dan di sana pula mereka terang-terangan mengkritik pemerintah, atau menyerukan penggantian menteri-menteri yang tidak disukai masyarakat. Pada masa pemerintahan Yustinianus, ketertiban umum di Konstantinopel menjadi isu politik yang penting.
Selama periode akhir Romawi dan awal Bizantin, Agama Kristen menuntaskan permasalahan-permasalahan mendasar akan identitasnya, dan perselisihan antara kubu Ortodoks dan Monofisit menimbulkan kekacauan yang serius. Kekacauan ini diekspresikan melalui keikutsertaan dalam keanggotaan pendukung tim biru dan hijau pada balapan kereta. Para pendukung tim biru dan tim hijau konon[13] memelihara kumis dan janggut, mencukur rambut di bagian depan dan memanjangkan rambut di bagian belakang kepala, mengenakan jubah berlengan lebar dan berikat pinggang; dan membentuk kelompok-kelompok yang meraung-raung dan melakukan kejahatan di jalanan pada malam hari. Pada akhirnya kekacauan-kekacauan ini memuncak pada sebuah pemberontakan besar pada 532, yang dikenal sebagai kerusuhan "Nika" (dari pekik-perang "Kemenangan!" yang diteriakkan para pemberontak).
Kebakaran yang disulut para pemberontak Nika menghanguskan basilika St. Sophia yang dibangun Konstantinus, yakni gedung Gereja utama Konstantinopel, yang berdiri di utara Augustaeum. Yustinianus menugaskan Anthemius dari Tralles dan Isidorus dari Miletus untuk menggantikannya dengan gedung Gereja St. Sophia yang baru dan yang tiada duanya. Gedung ini adalah katedral agung Gereja Ortodoks, yang kubahnya konon bertahan di ketinggian atas kehendak Tuhan semata, dan yang terhubung langsung dengan istana sehingga keluarga kerajaan dapat pergi ke Gereja tanpa perlu melalui jalanan.[14] Peresmiannya digelar pada 26 Desember 537 dan dihadiri kaisar, yang berseru, "Wahai Salomo, aku telah menyaingimu!"[15] Pengurusan St. Sophia ditangani oleh 600 orang termasuk 80 imam, dan menghabiskan biaya pembangunan sebesar 20.000 pon emas.[16]
Yustinianus juga menugaskan Anthemius dan Isidorus untuk meruntuhkan bangunan asli Gereja Para Rasul Kudus yang dibangun Konstantinus dan menggantikannya dengan sebuah gedung gereja baru dengan nama yang sama. Gereja ini dirancang dalam bentuk salib sama-sisi dengan lima kubah, dan dihiasi mosaik-mosaik indah. Gereja ini terus menjadi tempat pemakaman para kaisar mulai dari Konstantinus sendiri sampai abad ke-11. Ketika Konstantinopel jatuh ke tangan Turki pada 1453, Gereja ini diruntuhkan untuk menyediakan tempat bagi makam Mehmed II Sang Penakluk. Yustinianus juga memperhatikan aspek-aspek lain dari lingkungan pembangunan kota. Dia menetapkan larangan mendirikan bangunan di tepi laut, dengan maksud untuk menjaga keindahan pemandangan.[17]
Selama masa pemerintahan Yustinianus I, populasi Konstantinopel mencapai 500.000 jiwa.[18] Namun jumlah populasi juga menurun akibat menyebarnya Wabah Yustinianus antara 541–542 Masehi. Wabah ini membunuh sekitar 40% warga kota.[19]
Bagian yang telah direstorasi dari benteng pertahanan yang melindungi Konstantinopel selama Abad Pertengahan
Di awal abad ke-7, Bangsa Avar dan kemudian Bangsa Bulgar menduduki sebagian besar wilayah Balkan sehingga menjadi ancaman dari Barat bagi Konstantinopel. Di saat yang sama, Kekaisaran Sassaniyah di Persia menduduki Prefektur Timur, dan menerobos maju ke Anatolia. Heraclius, putera eksark Afrika, berlayar ke Konstantinopel dan dinobatkan sebagai kaisar. Karena situasi militer sangat mengkhawatirkan, dia sempat mempertimbangkan pemindahan ibu kota kekaisaran ke Kartago, namun diurungkannya setelah warga Konstantinopel memohon-mohon padanya untuk tetap tinggal. Konstantinopel kehilangan haknya atas gandum gratis pada 618, setelah Heraclius sadar bahwa kota itu tak lagi dapat memperoleh pasokan dari Mesir akibat peperangan dengan Persia. Populasi Konstantinopel menurun drastis karenanya, dari 500.000 menjadi 40.000-70.000 jiwa saja.[20]
Smentara kota besar itu dikepung musuh, Heraclius memimpin bala tentaranya memasuki wilayah Persia dan dalam waktu singkat berhasil memulihkan status quo pada 628, setelah Persia melepaskan seluruh wilayah taklukan mereka. Meskipun demikian, kekaisaran terus melemah karena gempuran-gempuran Bangsa Arab sehingga kehilangan provinsi-provinsinya di Afrika dan Tenggara Mediterania untuk selamanya. Pengepungan pertama Konstantinopel oleh Kaum Muslim berlangsung dari tahun 674 sampai 678, dan pengepungan kedua berlangsung dari tahun 717 sampai 718. Sementara Tembok-tembok Theodosius tak dapat ditembus oleh serangan darat, sebuah penemuan baru yang dikenal dengan julukan "Api Yunani" memampukan Angkatan Laut Bizantin menghancurkan armada Arab dan memungkinkan pasokan makanan tetap mengalir ke dalam kota. Pada pengepungan kedua, pertolongan yang sangat menentukan diulurkan oleh Bangsa Bulgar. Kegagalan pengepungan ini sangat merugikan Kekhalifahan Umayyah, serta memulihkan perimbangan kekuatan antara Bizantin dan Arab

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sekolah Adiwiyata

1. PENJELASAN ADIWIYATA
Asal Kata Adiwiyata

Kata ADIWIYATA berasal dari 2 kata Sansekerta ADI dan WIYATA. ADI mempunyai makna : besar, agung, baik, ideal, atau sempurna. Sedangkan WIYATA mempunyai makna : tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu pengetetahuan, norma, dan etika dalam kehidupan sosial.

Bila kedua kata tersebut digabung,secara keseluruhan ADIWYATA mempunyai pengertian atau makna : tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.

Pengertian Adiwiyata

adalah salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

Tujuan Adiwiyata

Adiwiyata mempunyai tujuan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolahsehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya upaya kebersihan lingkungan.

Program Adiwiyata

Beberapa program Adiwiyata antara berikut :

   1. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berwawasan Lingkungan (SPBL)
   2. Pengembangan Kurikulum berbasis lingkungan.
   3. Pengembangan kegiatan / pendidikan berbasis partisipatif.
   4. Pengembangan dan atau pengelolaan sarana pendukung sekolah.

Dampak Adiwiyata

Pada sekolah

Adiwiyata Sangat memiliki dampak terhadap sekolah yang mendapatkan gelar adiwiyata tersebut,diantara lain adalah ;

Sekolah dapat Lebih berperan aktif dalam menciptakan kawasan yang peduli dengan lingkunga
Sekolah bisa menciptakan siswa - siswa yang sadar akan lingkungan
Sekolah bisa berperan dalam semua kegiatan dalam rangka mengurangi global warming
Sekolah bisa menjadi sarana penyalur pendidikan lingkungan secara praktek langsung

Pada Siswa

Bukan hanya Sekolah , siswa pun juga mendapatkan dampak yang positif karena program ini seperti
Siswa dapat membiasakan agar membuang sampah pada tempatnya
Siswa dapat mengerti pentingnya memilah - milah sampah
Siswa dapat mengerti bahwa barang bekas bukan hanya untuk dibuang tapi juga dapat dimanfaat kan.

2. PELAKSANAAN PROGRAM  ADIWIYATA

Pelaksanaan Program ADIWIYATA mulai Tahun 2006 dengan tahap uji coba untuk sekolah-sekolah pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA/SMK/Sederajat di wilayah Jawa. Pelaksanaan Program Adiwiyata dilakukan secara bertahap, yaitu :

Tahap I Tahun 2006 : Tahap uji coba disekolah-sekolah wilayah Jawa, untuk mencari model sekolah Adiwiyata mendapat penghargaan dari Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional serta mendapatkan ucapan selamat secara langsung dari Presiden RI pada saat peringatan Hari Lingkungan Hidup 2006 di Istana Negara.

Tahap II Tahun 2007 : Pemilihan Sekolah Adiwiyata berdasarkan hasil pendamping Model Sekolah Adiwiyata 2006. Sekolah Adiwiyata akan menerima Tropi Adiwiyata pada saat peringatan Hari Lingkungan Hidup, Juni 2007.

Tahap III Tahun 2007 : pelaksanaan program Adiwiyata secara nasional dengan tahapan seperti diatas. Sebayak 30 sekolah akan dipilih menjadi calon sekolah Model Adiwiyata.

Selanjutnya tahap 2007, program Adiwiyata dilaksanakan diwilayah Jawa dan beberapa wilayah lainnya di Indonesia.

Kerangka Program ADIWIYATA, berdasarkan indikator sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, sejumlah kriteria yang ditetapkan dimaksudkan untuk memudahkan implementasikan program Adiwiyata sehingga kriteria tersebut perlu dijabarkan agar dipahami oleh masing-masing pelaksanaan program. Penjabaran kriteria telah disusun dengan sederhana dan diharapkan tidak menambah beban bagi sekolah dan warganya dalam mengikuti program Adiwiyata. Penjabaran kriteria Program Adiwiyata dibuat dalam bentuk kerangka program dan sekaligus digunakan untuk pengelompokkan tahapan Program Adiwiyata.

1. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berwawasan Lingkungan (SPBL)
2. Pengembangan Kurikulum berbasis lingkungan.
3. Pengembangan kegiatan / pendidikan berbasis partisipatif.
4. Pengembangan dan atau pengelolaan sarana pendukung sekolah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS